Persiapan Wawancara Visa Amerika Serikat
Mau wawancara buat permohonan visa Amerika Serikat kurleb sama deg-degannya dengan mau wawancara kerja. Itu sih yang gue rasain. Semua berkas yang gue kira perlu sudah gue siapkan beberapa hari sebelumnya. FYI, berkas yang gue bawa pada hari wawancara, antara lain:
- Paspor
- Bukti konfirmasi jadwal wawancara;
- Foto 2*2 inci sebanyak 3 lembar;
Selain tiga berkas di atas, perlu dibawa juga dokumen pendukung. Untuk keadaan seperti gue, gue waktu itu merasa butuh membawa:
- Surat keterangan kerja dengan menyebutkan jumlah penghasilan per-tahun;
- Slip gaji tiga bulan terakhir;
- Dokumen legalitas kerja gue, seperti (working visa, kartu dari departemen tenaga kerja, dan lain-lain);
- Surat keterangan bank dengan menyebutkan jumlah saldo akhir;
- Fotokopi salah satu identitas temen gue yang jadi contact person di Amerika (waktu itu gue bawa fotokopi driving license dia);
- Fotokopi identitas temen gue yang ngajak ke Amrik (ini gak terlalu penting sih);
- dan yang pasti adalah DUIT!! Buat ongkos pergi dan pulang ke kedutaan.
Ketika datang untuk wawancara, yang bersangkutan harus datang sendiri kecuali untuk anak-anak di bawah umur dan orang dengan kebutuhan khusus. Kalau pemohon melakukan pengajuan secara kolektif bersama-sama dengan keluarga, maka wawancara dilakukan berbarengan. Ada hal-hal yang sebaiknya gak dibawa saat wawancara:
- Gadget, seperti ponsel, tablet, dan alat komunikasi elektronik lainnya;
Sebagai gantinya, gue bawa buku untuk dibaca saat nunggu giliran. Untuk kedutaan besar yang gue datangi, di Manila, mereka tidak menyediakan penitipan gadget di luar area. Kecuali ada yang menemani, gadget bisa dititip teman di luar area kedutaan. - Rokok elektronik, pemantik api, dan sejenisnya;
- Cetakan formulir DS-160;
Gak perlu deh repot-repot cetak dan bawa formulir ini. - Teman perjalanan;
Kalau teman atau siapapun yang tidak berkepentingan ada yang mau ikut, gue saranin jangan disuruh ikut karena percuma. Pemohon harus masuk kedutaan sendiri, penunggu hanya diperbolehkan menunggu di luar. Cukup makhluk halus saja, penunggu yang diperkenankan masuk. Mungkin loh ini juga, mungkin.
Di Kedutaan Besar Amerika Serikat
Gue waktu itu menentukan jadwal wawancara pukul 09.15 pagi. Sebagai antisipasi lalu lintas yang macet, gue pergi dari rumah sekitar pukul 07.30 dengan menumpang taksi.
Sopir taksi yang tahu tujuan gue ke kedutaan Amerika untuk wawancara visa langsung bercerita kalau dia pernah ditolak permohonannya. Gue ho-oh ho-oh aja mendengarkan dengan seksama omongan dia. Pas sudah sampai di tujuan, sopir taksi bilang, “good luck, bro!”
Gue tiba satu jam lebih awal dari jadwal wawancara. Jadilah gue menunggu di luar gerbang kedutaan Amerika Serikat. Berbekal doa dari sopir taksi, rasa percaya diri gue pun meningkat (abaikan kalimat ini).
Meskipun gue tiba satu jam sebelum wawancara, namun kelompok jadwal yang sedang dalam proses wawancara di dalam kedutaan adalah mereka yang punya jadwal pukul 09.00 pagi. Jadi gue gak merasa terlalu kepagian. Kurang dari 15 menit kemudian pun kelompok gue (09.15) dipanggil masuk.
Sebelum memasuki pintu, setiap pemohon akan dipisahkan barisannya berdasarkan jenis permohonan visa-nya. Petugas di depan pintu masuk akan meminta setiap orang menunjukkan paspornya dan mereka akan menempelkan stiker di belakang paspor sebelum akhirnya pemohon diperbolehkan masuk dan melewati penjagaan dan pemeriksaan yang ketat beberapa kali.
Pada saat pemeriksaan, di sinilah ada kejadian beberapa orang yang ditolak masuk karena membawa alat-alat elektronik yang dilarang. Petugas yang memeriksa meminta mereka untuk meninggalkan barang-barang tersebut di luar bangunan untuk alasan keamanan.
Setelah melalui pemeriksaan, gue pun masuk ke dalam aula besar dan mengantri untuk mendapatkan giliran wawancaranya. Sebelum tiba pada loket wawancara, ada dua loket yang harus gue lalui, yaitu screening awal dan sidik jari.
Pada loket pertama, yaitu screening awal, gue diminta untuk memberikan paspor gue dan ditanya beberapa pertanyaan yang bersahabat, yaitu:
Q: Hi Mr Wirawan, what is your purpose in going to US?
A: Holiday.
Q: When is your birthday?
A: September 18th.
Q: Do you bring one piece of your 2*2 inch photo?
A: Yes, I did.
Q: Okay, thank you, please go to the next window.
Setelah selesai, gue pun ke loket kedua, yaitu sidik jari. Antrian di setiap loket mengular panjang. Sehingga pastikan memakai sepatu yang nyaman.
Ketika sedang mengantri di loket kedua, tiba tiba saja ……
KEBAKARAAAAAAAANNNNNN!!!
Seluruh alarm kebakaran berbunyi. Saat itu juga seluruh loket langsung tutup dan seluruh orang yang ada di aula diperintahkan untuk keluar dari aula melalui pintu darurat.
Namun gak ada orang yang panik karena tidak lama kemudian, ada pengumuman melalui toa, kalau ini merupakan simulasi.
Fire drill ini terjadi dalam waktu kurang dari satu jam. Setelah simulasi selesai, seluruh orang yang ada di aula dipersilakan masuk kembali dan berdiri kembali di tempat mereka sebelumnya pada saat sebelum membubarkan diri.
Gue pun kembali ke barisan untuk loket kedua.
Di loket ini gue ditanya pertanyaan yang sama sebelum akhirnya diminta untuk memindai sidik jari gue di mesin pindai. Mungkin pertanyaan-pertanyaan di loket satu dan dua ini untuk pemanasan di loket terakhir yang memang ditujukan untuk wawancara.
Pas antri di loket terakhir gue agak jiper karena mendengar pewawancara di beberapa jendela berbicara dengan nada tinggi dan mengulang-ulang pertanyaan. Mereka sepertinya tidak puas dengan jawaban si pemohon yang ada di depannya. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul di otak gue sebagai simulasi yang mungkin ditanyakan saat wawancara nanti dan apa jawaban gue cukup meyakinkan. Gue pun grogi. Namun rasa grogi gue hilang dengan cepat ketika gue membaca layar-layar yang ada di aula tersebut menunjukkan tentang mitos dan fakta dalam mengajukan visa Amerika Serikat.
Contoh:
Myth: Only cute applicants will be approved.
Fact: Most of the applicants are working in non-model professions.
Myth: Bank account is the most important requirement.
Fact: We don’t care about the amount in your bank. We care about your honesty.
dan lain-lain.
Ada loket yang sangat gue hindari saat itu karena terdengar sangat keras dan menggunakan nada suara yang tinggi pada seorang pemohon. Namun apa daya, antrian mengarahkan gue ke loket tersebut. Gue cuma bisa senyum dan berpikiran ‘bukan salah dia kalau nada suaranya tadi tinggi, itu cuma tugas dia’.
Surprisingly, she smiled back at me and asked for my passport. Dimulailah pertanyaan-pertanyaan wawancara … sambil si pewawancara sibuk melihat layar monitor.
Q: Hi Mr Wirawan.. Ah.. Indonesian.. first time for today.
A: Hello, Mam.
Q: What do you do here in the Philippines?
A: I work here.
Q: So, that’s also the reason you stay here?
A: Yes, and also applying for US Visa through US Embassy here.
Q: May I see your working documents? I can’t see your working visa here in your passport.
A: Ah, it’s in my old expired passport. Here..
Gue pun memberikan dan menunjukkan visa kerja gue yang ada di paspor lama.
A: Do you need my certificate of employment?
Q: No need, this one is enough.
Dia pun mengembalikan paspor lama gue.
A: Do you need this to be attached to my new passport?
Gue merujuk ke paspor lama gue.
Q: A.. ah.
Dia menggelengkan kepalanya dan kembali sibuk dengan komputernya.
Q: What is your purpose in going to US?
A: Vacation and visit my friends.
Q: And you have a friend there?
A: Yes, friends. One of them is Paolo who is mentioned in my application form.
Q: Where will you go?
A: There are two main places, California and Hawaii.
Gue jawab California dulu karena temen gue tinggal di sana. Petugas consular pun gak bertanya lebih lanjut tentang tujuan pertama.
Q: Oh.. why Hawaii?
A: I just want to go there since I was a kid.
Q: How long you knew your friend, Paolo?
A: More than two years if I’m not mistaken.
Q: I see.. Where will you stay in Hawaii?
A: Most probably in a hotel.
Q: Who will fund your trip?
A: Myself.
Q: How much is your monthly salary?
A: ———- gue pun menjawab kisaran gaji bulanan gue.
Q: I see. Okay your visa application has been approved and your passport will be delivered to you in three to five working days.
A: Huh? So, it’s done?
Q: Yes.
A: Where should I go next?
Gue masih menyangka bakal ada tahapan lain yang harus dilalui. Namun sang petugas mendekatkan wajahnya ke kaca jendela dan berkata …
Q: Hooommeee…
Gue pun langsung meng-iya-kan dan nyengir. Tanpa ba-bi-bu, gue langsung balik kanan dan berencana pulang. Di pikiran gue cuma ada pertanyaan, “udah? Gitu doang?”
Namun sebelum mencapai pintu keluar aula, tiba-tiba ada pengumuman melalui toa memanggil nama gue.
“Mr Wirawan please go back to the window number 26!”
DEG!
Ada apaan nih? Gue pun sempat bertanya-tanya sambil berjalan kembali ke loket wawancara gue. Apakah petugasnya berubah pikiran dan memutuskan untuk membatalkan approval-nya. Namun pikiran jelek gue gak terjadi. Si petugas hanya bertanya tentang nama gue.
Q: Mr Wirawan, I just want to make sure that you only have one name. Is it correct?
A: Yes, Mam. That’s why I put FNU as my first name as mentioned on website. Is it okay?
Q: Oh okay. It’s okay. Thank you for your confirmation.
Sudah. Ternyata sang petugas tidak mau melakukan kesalahan dan hanya ingin melakukan konfirmasi ulang.
Gue pun kembali ke rumah setelah melakukan wawancara tersebut.
Setelah sampai rumah gue pun mencari tahu lagi tentang cerita orang-orang yang telah melakukan wawancara sampai akhirnya gue menemukan blog resmi dari consular. Dari hasil penelusuran, gue menemukan jawaban kalau petugas consular memang akan memutuskan dan memberitahukan keputusannya untuk mengabulkan atau menolak permohonan visa secara langsung saat selesai wawancara.
Namun ada beberapa pertanyaan gue yang tidak bisa langsung terjawab, diantaranya:
- Berapa lama dan apa jenis entry yang akan diberikan ke gue?
- Mengapa foto 2*2 yang gue bawa gak diminta? Padahal petugas di loket-loket sebelumnya menanyakan dan memastikan kalau gue bawa foto dengan ukuran yang sama.
Setelah tiga hari kerja, akhirnya gue menerima paspor gue kembali yang dikirimkan kedutaan Amerika Serikat melalui kurir. Setelah gue membuka paspor, gue pun menerima jawaban atas dua pertanyaan di atas. Ternyata petugas consular memberikan gue jatah waktu lima tahun masa berlaku visa dan multiple entry. Sementara foto di visa langsung dicetak sesuai dengan foto yang mereka dapat dari formulir DS-160 online.
Berdasarkan pengalaman gue, berkas-berkas yang gue bawa tidak terlalu dibutuhkan karena pada saat wawancara ternyata gue cuma diminta menunjukkan bukti kalau gue memang bekerja. Tapi perlu digarisbawahi kalau keadaan dan kasus orang berbeda-beda, jadi persiapkanlah berkas-berkas yang memang sangat diperlukan untuk mendukung keadaan kita, terutama berkas-berkas yang berkaitan dengan ROOTEDNESS dengan negara asal.
Wah makasih ya uda sharing. Aq kebetulan mau apply visa amerika buat kunjungi si abang xD . Tapi agak ragu bercampur males karena semua2 bilang susahnya minta ampun…tapi demi cinta lautan pun aq sebrangi bhehehehe.. Oh ya bang, 5 taun multiple entry untuk berapa hari kunjungan ya?makasii
LikeLike
Hello… wah demi cinta ya… Untuk pertanyaannya belum bisa dijawab karena belum pergi-pergi juga hehehe… Yang menentukan berapa harinya, berdasarkan website resminya ditentukan oleh Homeland Security Department alias imigrasi sana..
Nah kebetulan sebelum apply, sempat baca blog orang yang apply visa untuk mengunjungi abangnya juga, mungkin ini bisa jadi referensi juga. https://averageasianmom.com/2015/01/14/my-b1b2-us-tourist-visa-interview/
LikeLike