Masa Tas Gue Ditinggal MH?!!

Pas kejadian ini terjadi, gue lagi terbang balik ke Manila dari Singapura. Penerbangan gue dengan Malaysia Airlines ke Manila adalah penutup trip perjalanan saya pulang ke Jakarta, Tarakan, Bali, dan Singapura. (Itinerary perjalanannya diposting kapan-kapan ya.. hehe)

Gue memilih Malaysia Airlines (MH), hanya karena harganya relatif murah. Penerbangan di Hari Minggu, 2 April 2017 dengan MH adalah yang termurah diantara penerbangan lain dari Singapore ke Manila. Harga ini sudah saya bandingkan antara yang transit maupun yang langsung dan yang full service maupun yang low cost carrier,  seperti Air Asia, Tiger Air, Cebu Pacific, dan Jetstar.

Di Changi

Gue tiba di Bandara Changi pukul 05.30 pagi. Dua setengah jam sebelum jadwal penerbangan.

Pada jadwal, tertera penerbangan saya bernomor MH 604 untuk Singapura – Kuala Lumpur dan MH 704 untuk Kuala Lumpur – Manila.

STD (Standard Time Departure) untuk MH 604 adalah jam 08.00 pagi waktu lokal Singapura dan waktu boarding adalah jam 07.40 pagi dengan perkiraan ketibaan sekitar pukul 09.00. Namun saat itu boarding-nya delayed sampai dengan jam 08.00. Gue sih gak ngerasa ada masalah sama ini karena pernah mengalami delayed yang lebih lama.

Tapi ketika berada di dalam pesawat ada perasaan gak enak menghampiri. Sempat mikir beberapa saat, sampai akhirnya gue mengecek tiket untuk penerbangan selanjutnya, MH 704, yang ternyata memiliki STD pukul 10.15 dan waktu boarding pukul 09.45. TEPOK JIDAT SETEPOK-TEPOKNYA, biar kata gak ada lalat lewat. Langsung dzikir dan keringet dingin.

Kebayang kan, gue berarti udah kehilangan waktu dua puluh menit untuk transit dan berpindah gate. Gue berharap penerbangan pertama gue ini lancar dan bahkan lebih cepat, jadi gue ada waktu untuk mengejar pesawat berikutnya di Kuala Lumpur. Hitung-hitungan kalau on time, 30 menit adalah waktu yang sangat cukup untuk berpindah gate di KLIA.

Yang gue inget, pesawat mulai lari di runway sekitar pukul 08.30 lewat beberapa menit.

Kuala Lumpur International Airport

Setelah satu jam penerbangan yang dipenuhi peluh dingin, pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di Kuala Lumpur. Waktu menunjukkan hampir pukul 09.40 ketika seluruh penumpang keluar dari pesawat.

Gue berjalan dengan setengah berlari ketika mencari gate untuk penerbangan MH 704. Gue pun sempat salah nomor gate dan menyadari kalau gue diikuti seorang perempuan dari penerbangan yang sama dengan tujuan penerbangan selanjutnya sama juga. Jadi kita “nyasar dikit” berjamaah. Tapi, gue berhasil sampai di gate yang dimaksud tepat waktu!! Oh my god, senang tiada tara ketika gue tahu bahwa pesawat MH 704 juga mengalami delayed. Ini pertama kalinya gue senang karena delayed.

Di pesawat gue lebih senang lagi karena ada seorang ibu yang menawari gue window seat. Kalau gue masih anak-anak, mungkin gue bakal melonjak dan memeluk perempuan itu karena akhirnya terbebas dari kecanggungan duduk di bangku tengah. Gue seharusnya menduduki kursi bernomor 21E tetapi karena ibu-ibu itu menginginkan untuk duduk di sebelah anaknya, maka dia meminta gue untuk menukar tempat duduknya. (Biasanya gue menolak ini, karena khawatir pesawat jatuh, nanti jasad gue dibalikin ke keluarga yang salah pula karena berbeda informasi kursi. Terus dijadikan ide cerita untuk film horor pula, berjudul “Kembalikan Jasadku!”) — Kejauhan becandanya, GARINK!!

Singkatnya gue sempat melamun di window seat sambil menunggu pesawat bergerak. Saat itu gue melihat tas-tas yang ditransfer dari pesawat-pesawat di sebelah kiri dan kanan pesawat yang gue tumpangi sedang dipindahkan. Tapi perasaan gue kok gak enak, ya?! Dari tadi gue gak melihat ada koper warna kuning yang familiar dimasukkan. Pikiran gue pun berandai-andai, “kalau tertinggal bagaimana gue klaim-nya?”

Namun gue buang jauh-jauh pikiran buruk gue karena toh mereka bawa itu tas-tas dari pesawat-pesawat sebelah gue dan pesawat nomor penerbangan MH 604 ternyata cuma selisih dua pesawat dari nomor penerbangan MH 704 ini.

Sekitar pukul 10.15 lewat sedikit, semua penumpang sudah di dalam pesawat. Pintu pun sudah ditutup amun pesawat belum juga beranjak karena berdasarkan pengumuman dari flight attendant, ada kendala teknis yang membuat penerbangan ditunda lagi untuk beberapa menit ke depan. Sekitar pukul 10.45 pesawat pun mulai bergerak. Lebih lambat 30 menit dari STD.

Kalau dihitung-hitung, berarti gue transit lebih dari sejam kan? Ya, kan? Tapi…

Tas Gue MANAAA?? @ Terminal 1 – NAIA

Gue menghabiskan waktu tiga setengah jam terbang dari Kuala Lumpur ke Manila. Setelah sampai dan melalui pemeriksaan imigrasi, gue pun langsung menunggu di barisan conveyor belt.

Setelah sekitar tiga puluh menit, hampir seluruh penumpang mendapatkan tas mereka dengan aman. Gue? MEMBLE!!

Di antara tas-tas yang mengalir di conveyor belt, gue tidak menemukan koper berwarna kuning.

“Tas gue GAK ADA!!” Gue histeris dalam hati. Ini pertama kalinya sejak lima tahun gue kehilangan koper. Di tahun 2012, gue kehilangan dua koper berisi baju-baju seragam nikahan kakak gue ketika terbang dengan maskapai singa.

Gue menghela napas berat berkali-kali sebelum akhirnya mendekati petugas bandara bersama dengan perempuan “teman” nyasar berjamaah di KLIA sebelumnya. Dia juga tidak menemukan tasnya. Selain perempuan tersebut, ada satu orang penumpang lelaki yang bernasib sama, dengan ciri-ciri memakai jam tangan DW, kacamata Gucci, dan rambut trondol. (Biasanya gue gak tau dan gak penduli merk, tapi orang ini pake gerakan yang memancing orang untuk memperhatikan dia segala. Usap-usap jam tangan lah, rambut lah, dan lepas buka kaca mata beberapa kali. Mungkin gue iri!!)

Petugas pun menjelaskan kalau tas kami kemungkinan tertinggal di KLIA atau Changi.

“Your bags are probably left either in Kuala Lumpur or Singapore. But more probably in Kuala Lumpur due to delay in the first flight,” kata petugas tersebut.

“You were still able to catch your second flight, but not with the bags. The ground crew there had no enough time to separate your bag and send them to your last flight,” lanjutnya.

Ketika kami menanyakan tas-tas yang tak bertuan, dia menjawab kalau tas-tas tersebut merupakan tas-tas yang juga tertinggal di kala transit di bandara-bandara lain sementara pemiliknya sudah sampai di Manila. BANYAK BANGET!!

Dia pun menyarankan kami untuk mengisi formulir laporan kehilangan Property Irregularity Report (PIR). Formulir PIR ini berisikan detail data penumpang dan tas yang masuk ke dalam bagasi. Sebagai bukti kepemilikan tas, petugas mengambil stiker bagasi yang ada di boarding pass dan menempelkannya bersama dengan formulir PIR. Sebagai bukti, penumpang yang melaporkan akan mendapatkan salinan karbon dari formulir tersebut. Gue juga sempat mengambil foto formulir PIR asli beserta stiker bagasi gue karena gue merasa itu bukti kepemilikan atas tas yang tertinggal.

Formulir Property Irregularity Report - Wira Asmo
Formulir Property Irregularity Report

Petugas memastikan, kalau tas yang tertinggal pasti akan di antar ke bandara tujuan akhir penumpang. Selanjutnya tas yang sampai bisa diambil di bandara atau diantar ke alamat yang diisikan di formulir laporan.

Gue pun menanyakan ada kurleb dari kedua pilihan tersebut atau tidak. Petugas mengatakan kalau tas mau diantarkan maka harus melalui proses scanning dari pihak bea cukai terlebih dahulu dengan asumsi memerlukan waktu tambahan untuk itu.

“Siew Pao basi gue harus bayar bea masuk dong kalau gitu!!” Pikiran bodoh gue sedang tidak berlogika.

“I’ll pick it up by myself then,” gue akhirnya memutuskan untuk mengambil sendiri ke bandara nanti ketika tas kembali.

Si petugas pun menunjukkan tempat di mana gue bisa klaim tas gue nanti dan mengatakan bahwa dirinya akan memberi kabar melalui sms jika memang tas sudah sampai dan bisa diambil, dengan syarat membawa paspor, kartu identitas lain, dan bukti laporan. Gue hanya bisa meng-iya-kan dan menanyakan berkali-kali ke petugas tersebut kalau pihak maskapai atau bandara akan menghubungi kami supaya yakin.

Perhatian gue bukan ada pada baju-baju cucian yang ada di tas. Tapi siew pao babi titipan orang yang bisa saja basi ketika tas sudah diambil. Terbayang kan aroma yang timbul akibat membuka tas yang berisikan makanan basi akibat terlalu lama ngelekeub di dalamnya? Belum lagi kalau ada belatungnya.

Akhirnya gue pun pulang tanpa koper tapi dengan tipikal positif orang Indonesia:

  1. Masih untung cuma koper, tas gendong gue beserta paspor gak ketinggalan juga.
  2. Untung gue tinggal cuma beberapa kilometer saja dari bandara, coba mbak dan mas yang tadi, mereka tinggal di provinsi lain. Si mbak-nya malah harus terbang lagi besok ke rumahnya.

Siew Pao Babi Titipan Orang Selamat!!

Pagi-pagi keesokan harinya (03/04/2017) gue terbangun dengan senyum lebar karena menerima sms dari WORLDTRACER, yang mengatakan bahwa tas gue sudah ada di bandara dan bisa diambil kapan pun. Sms gue terima hampir jam 11 malam, ketika gue masih tidur.

SMS konfirmasi dari pihak bandara - Wira Asmo
SMS konfirmasi dari pihak bandara

Entah ini dari maskapai atau dari pihak bandara. Gue sih mengira ini dari pihak bandara karena ada catatan nama petugas bandara di bagian akhir pesan dan pihak maskapai tidak ada email konfirmasi apapun atas nama mereka untuk kasus ini. What a-not-so-good service. Blah!

Namun senyum gue mengecil lagi karena teringat siewpao babi (yang kemungkinan) basi.

Gue pun segera meng-klaim tas gue di kesempatan pertama dengan membawa persyaratan yang ada di bandara.

Bagasi gue yang tertinggal - Wira Asmo
Bagasi gue yang tertinggal

Fact & Tips:

  1. Alhamdulillah, ternyata siew pao babi yang gue bawa tidak basi dan masih bisa dinikmati khalayak ramai.
  2. Pastikan jika transit dengan membawa bagasi check-in harus lebih dari satu jam agar petugas bandara ada waktu untuk memilah tas dan memindahkan ke penerbangan berikutnya.
    Gue lebih sedikit dari satu jam sih tapi itu karena ada pengecekan ulang teknis ketika pesawat sudah siap berangkat. Sementara gue hanya menghabiskan waktu kurang dari 20 menit untuk berpindah dari satu pesawat ke pesawat lainnya.
  3. Nathan, petugas khusus penanganan bagasi di bandara NAIA, menelepon gue keesokan harinya untuk memastikan bahwa gue sudah menerima tas dengan kondisi baik.
  4. MH …. ya kalau ada tiketnya jadi yang paling murah lagi di antara maskapai lain, tetap gue beli lah.
  5. Ada tambahan tips yang gue capture dari komentar yang ada di grup Backpacker International untuk menambah kenyamanan ketika terbang (10/05/2017):

5 Comments Add yours

  1. BaRTZap says:

    Alhamdulillah, cepat kembalinya ya itu tas dan olahan nguik-nguik titipannya gak basi. Aku malah rada nyesek pas baca kopermu yang hilang tahun 2012an itu, isinya seragam nikahan. Duh, pasti gondok banget.

    Btw, oom ku pernah terbang ke London sementara koper nya ketinggalan di Paris. Dikirimin sih besoknya ke London. Cuma masalahnya itu koper isinya adalah baju-bajunya dia, dan dia cuma nenteng tas laptop beserta dokumen aja. Jadi terpaksa deh, sambil nunggu kopernya datang, dia harus beli baju salin untuk satu hari. Dari daleman sampai luaran. Ya kalau di Indonesia gampang, bisa ke supermarket/minimarket beli baju yang murah-murah aja. Kalau di London khan lumayan buat beli outfit kaya gitu 😀

    Sejak saat itu, aku kalau terbang kemana-mana, minimal bawa satu stel pakaian ganti yang standard di dalam tas yang masuk ke kabin. Buat jaga-jaga aja. Alhamdulillah sih, sampai sejauh ini aman.

    Like

    1. Wirawan Asmo says:

      Hahaha iya seragam nikahan sih parah itu.. lenyap tanpa jejak…
      Nah untuk kasus koper terlambat, skrg biasanya klo terbang pasti taro satu pasang baju ganti di tas yg dibawa ke cabin.

      Liked by 1 person

      1. BaRTZap says:

        Itu seragam baru mau dipakai atau udah selesai dipakai? Kalau mau dipakai mah pasti panik abis itu.

        Yup, harus begitu buat jaga-jaga.

        Like

      2. Wirawan Asmo says:

        Hahaha sayangnya belum dipakai.. jadi ya ada acara yang diubah bajunya…

        Liked by 1 person

      3. BaRTZap says:

        Wah, keuheul pasti ya 😦

        Like

Leave a footprint :D