Risiko punya nama hanya satu kata salah satunya adalah akan mendapat perhatian khusus dari pihak imigrasi/kedutaan. Berasa selebriti :p
Contohnya ketika gue melakukan kunjungan ke Singapura. Dari tiga kunjungan terakhir gue mengalami dua kali masuk “lounge” untuk mendapat interview khusus dari petugas imigrasi, orang biasa sebutnya random check.

Pengalaman Pertama Random Check di Singapura
Maret 2017 – Lokasi: Terminal 1 (kalau gak salah), Bandara Changi, Singapura.
Pertama kali terkena random check di Singapura, gue bener-bener gak ngerti apa penyebabnya.
Gue sempat nanya, “what’s wrong?”
Namun petugas imigrasi yang berada di gate tapi dia gak jawab. Dia hanya mengisyaratkan gue untuk mengikuti petugas lain yang menghampiri gue dan menggiring gue ke dalam suatu ruangan khusus. Gue pun dengan innocent, seperti bayi yang menggemaskan, mengikuti petugas tersebut.
Saat di ruangan khusus tersebut, gue hanya bisa menunggu tanpa kejelasan. Gue melihat ada beberapa orang yang juga menunggu di ruangan tersebut. Ada yang masuk berbarengan, ada pula yang terlihat sudah lama di ruangan tersebut. Orang-orang yang sudah lama menunggu di ruangan tersebut, tampak beberapa kali mencoba menghubungi –bisa jadi– kerabatnya dengan ponsel.
Gue yang saat itu duduk di sebelah orang –yang gue duga– Indonesia, memberanikan diri SKSD.
“Mas kenapa kita masuk ruangan ini, ya?” tanya gue.
“Cek up rutin aja, mas. Saya sih selalu interview di sini karena nama saya cuma satu kata,” jawabnya
Gue merasa senasib, jadi gue harus persiapan untuk kunjungan berikutnya.
“Lama gak mas interviewnya?”
“Tergantung sih. Kalau kayak orang yang di sana…,” katanya sambil menunjuk orang–orang yang sedang mencoba menelepon. “Mereka udah lebih dari setengah jam di sini. Lebih dulu dari saya masuknya.”
“Oo gitu.. Mas sendiri udah interview?”
“Belom! Ini lagi nunggu.”
Gak lama kemudian nama gue pun dipanggil. Masnya melongo. Lidah ini rasanya pengen melet-melet ke arah masnya.
“Yeaay yeeaay yeaay yeaay gue duluannn.”
Tapi kan gak mungkin karena dia sudah berbaik hati mau menjawab pertanyaan-pertanyaan gue yang baru pertama kali masuk ruang interview.
Di dalam ruang interview ini gue dipanggil dua kali. Panggilan pertama untuk input data paspor, input sidik jari, dan sedikit interview tentang kunjungan gue. Sementara panggilan kedua untuk interview standar tentang tujuan gue ke Singapura namun lebih mendalam dari panggilan pertama.
Pada panggilan kedua, petugas menanyakan tujuan gue ke Singapura, tempat tinggal selama berkunjung, dan masa kunjungan gue di sana. Petugas juga menanyakan bukti-bukti yang menguatkan. Ketika itu tujuan gue berkunjung adalah untuk menonton konser, jadi gue tunjukkanlah bukti pembelian tiket dan tiket konser. Gue juga menunjukkan bukti pemesanan hotel dan tiket keluar dari Singapura yang keseluruhannya sesuai dengan yang gue isi di formulir imigrasi. Setelah yakin dengan jawaban gue, petugas pun mengecap paspor gue dan mengantarkan gue melewati gate.
Dua petugas ini menginterview gue dengan ramah meski mereka nggak menjawab dengan pasti pertanyaan gue tentang alasan gue harus masuk ruang khusus. Mereka hanya menjawab, “it’s only regular checking.” Gue pun harus puas dengan jawaban itu.
Gue menghabiskan waktu kurang dari 15 menit selama di dalam ruangan khusus.
Sebelum meninggalkan ruangan gue menyempatkan diri pamit ke si mas yang gue tanya-tanya tadi.
“Duluan ya, mas,” dengan menahan senyum antagonis dan menatap si mas dari ujung mata.
Pengalaman Kedua Random Check di Singapura
Oktober 2018 – Lokasi: Terminal 4, Bandara Changi, Singapura.
Kedua kalinya mengalami random check di Singapura si petugas imigrasi sempat berkata, “you only have one-word name, the system can’t read it.”
Jawaban ini membuat gue benar-benar berpikir kalau gue akan selalu mendapat interview lebih lanjut setiap mengunjungi Singapura karena nama gue. Omongan dari petugas imigrasi ini juga berarti memperkuat keterangan si mas yang gue SKSD-in waktu pertama kali kena random check. Namun mungkin ada hal lain juga yang membuat petugas imigrasi melakukan hal tersebut karena di kunjungan gue pada Bulan Oktober 2017, gue nggak perlu diinterview lebih lanjut.
Tapi tentu saja itu mungkin hanya salah satu alasan diantara banyak alasan setiap orang harus melakukan interview lebih lanjut.
Di random check yang kedua, petugas imigrasi di gate tidak lagi meminta gue untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. Alih-alih masuk ke dalam ruangan, gue diminta untuk menunggu di lounge yang disediakan di sebelah gate imigrasi.
Sofa lounge yang begitu nyaman hampir membuat gue gogoleran selama menunggu. Kalau saja petugas imigrasi tidak datang cepat, pasti gue sudah he’es dengan mantap.
Sama seperti pertama kali mendapat perlakuan khusus, gue pun diwawancara dengan detail tentang tujuan kunjungan, tempat tinggal selama berkunjung, dan tiket keluar dari Singapura sesuai dengan di formulir imigrasi. Tambahan yang dibutuhkan ketika kunjungan kedua adalah izin tinggal dan kerja gue di negara tujuan berikutnya. Gue pun menunjukkan semua bukti, baik secara fisik dan elektronik.
Tidak lupa gue pun menanyakan lagi perihal gue diminta interview secara khusus. Namun lagi-lagi petugas hanya menjawab dan meyakinkan gue kalau ini adalah regular checking.
Setelah interview, petugas pun mengantarkan gue kembali ke gate untuk menginput data paspor dan sidik jari.
Bisa jadi memang dua random check ini memang benar-benar random check karena yang gue inget dua-duanya terjadi di penerbangan dengan ketibaan di malam hari di atas jam 9 malam. Keadaan gue pun agak berantakan dan mata sayu karena bangun tidur.
Tips Kalau Terkena Random Check
- Gak usah panik, meski panik itu manusiawi
- Selalu persiapkan berkas-berkas pribadi yang penting selain paspor, contoh: KTP, bukti pemesanan hotel, tiket kembali ke negara asal/keluar dari Singapura di kemudian hari, dan identitas lain yang dianggap penting.
- Jawab pertanyaan apa adanya